9/28/2009

Menyiapkan Diri Untuk SUKSES

Menyiapkan Diri Untuk SUKSES…
December 9, 2008 by wuryanano

Anda tentu sudah paham, bahwa sukses itu butuh persiapan. Tidak ada kesuksesan tanpa persiapan sebelumnya. Oleh karena itu, Anda memang harus menyiapkan diri Anda untuk suatu keberhasilan atau kesuksesan. Ini ada hubungannya dengan SIKAP dan HARAPAN, dan bisa jadi merupakan salah satu faktor paling penting dan menentukan, apakah seseorang bisa berhasil atau tidak.
Jika Anda menyiapkan segala sesuatunya untuk keberhasilan, maka Anda akan melakukan semua yang dapat Anda lakukan untuk mencapai GOAL atau tujuan akhir Anda. Dengan kata lain, Anda melakukan sesuai keinginan Anda dengan cara melakukan apa saja yang dapat Anda lakukan secara sadar, untuk menyiapkan diri Anda bagi suatu keberhasilan atau kesuksesan. Anda berencana, Anda bersiap-siap, dan Anda bekerja!
Satu hal penting untuk Anda ketahui adalah, Anda juga harus mencurahkan segenap pikiran Anda untuk MENGHARAPKAN KEBERHASILAN. Ada tiga hal utama yang sangat dibutuhkan oleh pikiran untuk mau menerima keberhasilan, dan itu harus Anda siapkan, yaitu:
1. Keyakinan, Anda harus yakin pada kemampuan diri sendiri 100%. Percayalah pada diri Anda sendiri sepenuhnya.
2. Tekad Bulat, Anda harus punya tekad 100% pantang menyerah untuk mencapai keberhasilan.
3. Harapan Positif, Anda harus berharap dengan kuat untuk berhasil.
Ketiga hal di atas tersebut akan membentuk ENERGI POSITIF sangat kuat, yang secara signifikan membantu Anda mencapai keberhasilan atau kesuksesan yang Anda impikan. Oleh sebab itu, pada saat Anda menentukan GOAL atau tujuan akhir Anda, jangan lupa untuk memasukkan ketiga hal utama tadi di dalam prosesnya.
Ketika Anda sudah punya keyakinan diri 100%, tekad bulat, dan berharap kuat untuk berhasil, maka pikiran Anda menetapkan motivasi diri Anda untuk bekerja menuju keberhasilan tersebut…pikiran Anda akan memberi energi segar luar biasa prima dengan memunculkan kreativitas, ide-ide baru, dan menggerakkan Anda untuk bertindak, bahkan itu seringkali tidak Anda sadari. Spektakuler! Itulah yang akan terjadi jika Anda menyiapkan diri untuk sukses! Read more "Menyiapkan Diri Untuk SUKSES..."

9/16/2009

KENAPA KAU MENUNTUT TUHAN MU

Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.

Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan.

Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala.

Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.

Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adabn prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala.

Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.”

Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan.
Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman:
“Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu.

Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.”

Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai di akhirnya…” Read more "KENAPA KAU MENUNTUT TUHAN MU..."

BAGAIMANA MENUJU MAKRIFAT?

Makna makrifat itu adalah “mengerti dan mengenal”. Mengerti saja, belum tentu seseorang itu mengenal. Tapi kalau mengenal, pasti mengerti. Seperti contoh, banyak orang tahu Jakarta. Tapi, setelah dia masuk ke Jakarta, dia masih bertanya-tanya arah dan jalan; dan diperlukan naik kendaraan apa untuk mencapai tujuan. Nah, yang begini ini namanya belum mengenal Jakarta. Mengerti Jakarta tapi tidak mengenal Jakarta. Jadi, makrifat yang dimaksudkan di sini adalah mengenal Alloh. Bagaimana kita mencari jalan untuk bisa mengenal Alloh. Kita mengetahui dengan sifat yang wajib dan yang mustahil bagi Alloh. Tapi, pengenalan itu baru pondasi. Untuk lebih mengenal Alloh lebih jauh, kita harus lebih sering mendekat. Kalau yang dikenal itu (Alloh) pasti mengenali setiap makhluk-Nya. Makhluk Alloh banyak yang mengerti tapi tidak mengenal Alloh. Nah, dengan ilmu makrifat ini, kita ingin belajar mengenal Alloh. Kenal dan dikenal. Jelas tidak semudah itu. Pikiran yang pertama, bagaimana pendekatan diri kita secara ritual kepada Alloh SWT. Kedua, bagaimana agar kita tidak selalu lalai pada yang kita cintai; yaitu Alloh. Bila kita sudah saling mengenal, berarti kitapun akan semakin dekat, dan terus semakin dekat. Tingkatan mengenal seseorang pasti berbeda, dan selalu berjalan bertahap. Ada orang yang kenalnya sudah sampai di pinggir lautan, sementara yang lain ternyata masih di tengah lautan. Dan yang di pinggir lautan, pasti mendapatkan kebanggaan. Tapi yang masih di tengah lautan, akan merasa kecil. Itulah pentingnya wirid-wirid untuk bisa mencapai makrifat. Dalam hadis disebutkan “Kaannaka tarohu, wain lam takun tarohu wainnahu yaroka” (Seolah-olah anda melihat Alloh. Jika tidak bisa melihat-Nya, yakinlah bahwa Alloh lah yang melihat anda)

 
Read more "BAGAIMANA MENUJU MAKRIFAT?..."

9/15/2009

PUNCAK KENIKMATAN


“Sepanjang Allah melimpahi anda, rizki taat kepada Allah dan merasa cukup denganNya, ketahuilah sesunggunya Allah telah menyempurnakan nikmat lahir dan batin kepadamu.”


Setelah membincangkan posisi anda di depan Allah, maka Al-Fudhail bin Iyadl menegaskan, bahwa ketaatan hamba kepada Tuhannya menurut kadar derajat posisi si hamba itu, Dengan kata lain pula bahwa puncak dari kenikmatan itu sesungguhnya adalah ketaatan menjalankan perintahnya secara lahiriyah, dan merasa cukup jiwanya bersama Allah secara batin.

Maksudnya seseorang mengerjakan amaliyahnya semata karena perintah Allah, bukan karena motivasi tertentu. Sang hamba hanya bagiNya, bersamaNya, bukan karena sebab atau akibat tertentu.
Seorang hamba ketika beribadah, akan senantiasa bermusyahadah RububiyahNya. Inilah yang dimaksudkan dengan menegakkan syariat disatu sisi dengan tetap berselaras dengan hakikat.
Sebab dengan cara inilah seseorang bisa meraih keringanan, keselarasan, keparipurnaan dalam hakikat, yakni bebas dari merasa bisa berupaya dan berdaya serta beramal.


Sang hamba akan meraih nikmat agung dan sariguna yang sempurna. Dikatakan bahwa nikmat terbesar adalah keluar dari diri. Ada pula yang mengatakan, nikmat itu adalah apa yang menghubungkan dengan Allah dan memuttuskan dengan makhluk. Bahkan ada yang mengatakan, segala yang tidak mendatangkan penyesalan dan tidak mengakibatkan siksaan, itulah nikmat besar.
Dengan merasa cukup Allah sebagai satu-satunya harapan dan masa depan, maka dia pada saat yang sama akan merasa cukup denganNya.

Oleh sebab itu mulailah dijadikan suatu perspektif yang luhur ke depan:
  1. Taat kepada Allah sebagai cita-cita dunia akhirat.
  2. Kedamaian hati bersamaNya, dan tidak menoleh selainNya, adalah keparipurnaan hakikat.
  3. Bisa beribadah adalah anugerah yang tiba, karena itu sebagai rasa syukur harus dimunculkan setiap ibadah. Ibadah sebagai wujud syukur, bukan beban dan kewajiban.
  4. Ibadah dan kepatuhan, adalah bentuk lain dari kehambaan. Dan tidak ada nikmat paling agung ketimbang menjadi hamba Allah.
  5. Segeralah kembali dan menuju, suatu kenyataan bahwa ketaatan secara syariat dan hakikat tidak bisa dipisahkan sebagai puncak nikmat.
Read more "PUNCAK KENIKMATAN..."
 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Saefulloh Marjan Family | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks