12/31/2009

RENUNGAN


Waktu sangat Singkat
Jarak semakin dekat

Dia Datang tanpa di minta
Dia Tandang tanpa di undang

Siapkah kita kala saat itu mendekat.
Saat Izrail datang menyapa..

Sebaik Hidup adalah menghisab diri dari hari kehari
Sebaik Nafas adalah merenungi setiap detik yang telah terlalui..

Saatnya bertanya pada diri ; Sudah Cukupkah bekal kita kembali ke Kampung halaman sesungguhnya??





Allohumma sholli ala Muhammaddin wa Aali Muhammad..
Allohuma Ya Karim..


Dengan Keagungan NamaMu yang memenuhi Alam
Dengan Keindahan AsmaMu yang tiada memperdayakan
Disini kami bersimpuh mengetuk PintuMu Ya Illahi Robbi..
Disini kami mengadukan kehinaan kami sebagai hamba yang meng ibakan kasih sayangMu..


Ya Illahi Robbi
Ya Karimmu Ya Mujiba Sailin,
Betapa banyak hari kami yang terlalu sia-sia..
Betapa Panjang perjalanan yang kami habiskan tuk hanya memikirkan dunia hina
 

Betapa Nista Diri kami di Hadapan Mu ya Illahi Robbi..


HambaMu yang tak Layak ini meng iba dengan penuh pengharapan..
Mengetuk PintuMu dengan penuh ratapan..
Ridhoi sisa perjalanan Hidup kami..
Mohon Bimbinglah kami ke jalan yang Engkau Ridhoi kami melaluinya..


Ya Aziz Ya Rohman Ya Ghofar...
Bila Engkau tidak berkenan mengabulkan ratapan kami..
Maka kemana lagi wajah penuh hina ini kami palingkan..


Bila Engkau tidak berkenan membimbing kami mencari Ridho Mu
Maka kemana lagi kami memohon petunjuk saat di sesatkan..


Ya Awwalin Ya Akhirin..
Bila kami tak pantas menjadi HambaMu..
Maka kemana lagi kami harus berharap belas kasihMu..


Ya ALLAH.. andai air mata ini mampu menghapus dosa-dosa kami
maka akan kami habiskan hari-hari kami meratap di PintuMU..


Ya Illahi Robbi..
Anugrahkan dan Mohon arahkan kami jalan-jalan yang tiada menipu kami diatas semua jalan serupa di hadapan kami...


Allohumma Bi Haqqi Muhammad wa Aali Muhammad..
Dengan segenap keutamaan yang Kau Curahkan kepada Rasul Mu Muhammad Sholallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Salam
Dengan segala kehormatan dan keutamaan yang telah kau curahkan kepada Ahlul Bayt Rasul Mu diatas kami


Kami Mohon Ya Illahi Hakim...
Janganlah Kau timpakan kami cobaan yang tak sanggup kami memikulnya..


Janganlah Kau curahkan kami fitnah yang tak mampu kami membendungnya..


Allohumma Sholi ala Muhammadin Wa Aali Muhammad...


Ya Robbana Ya Nur Ya Illahi Alamin
Mohon matikan kami dalam Khusnul Khotimah..
Mohon lapangkan dada kami..
Mohon mudahkan Lidah kami dalam melafadzkan LAA ILLAHHA ILALLAH MUHAMMADDURROSULULLAH..


Subhanaka Ya Allah Ta layta Ya  Rohman Talayta Ya Rohim, ajirna minna nar Ya Mujir..


Subhanaka Ya La Illaha Ila Ant Al Ghauts Al Ghauts sholi ala Muhammaddin Wa Aali Muhammad Khalisna Minna nar Ya Rob..


Astaghfirullahurobbi Wa Atubu Illaihi.
Astaghfirullahurobbi Wa Atubu Illaihi.
Astaghfirullahurobbi Wa Atubu Illaihi.


Sholli ala Muhammadin wa Aali Muhammad At Thohirin..



"..Panas api neraka mampu dipadamkan dengan tulusnya air mata munajat doa Tulus.." (Imam Jaf'ar As ShodiQ)




Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. 29:57).

Tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. 62:8)

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua "kenyataan" dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan "hari-hari indah" di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain "seonggok daging". Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, "onggokkan daging dan tulang" yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda atau lebih tepatnya, jiwa anda akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda tubuh anda akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang "dibungkus" dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (QS. 33:16)

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.



Read more "RENUNGAN..."

12/04/2009

DASYATNYA SHOLAWAT


Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw dan keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya.
Ada empat perbuatan ringan yang apabila kita lakukan, maka kita termasuk golongan orang yang tidak terpuji.

1. Seseorang yang membuang air kecil sambil berdiri, 2. Seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, 3. Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti apa yang diucapkan muadzin, 4. seseorang yang apabila mendengar nama Nabi Muhammad Saw disebut, tetapi tidak membacakan shalawat atasnya.
Sabda Nabi Muhammad Saw:

أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ. (رواه البزار والطبراني)
Artinya:
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)


    Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi.
    Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini.
    Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama.
    Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

    Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
سيرة المرء تنبأ عن سريرته

    Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Nabi Saw bersabda:
ما منكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داود).
Artinya:
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud)
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw?
Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.

1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:
صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في الجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو. (رواه أحمد في مسنده)
“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.

2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw:
من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت (رواه النسائي)
“barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai)

3). Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw:
من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا
“barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796)

4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw:
من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ)
“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai)

5). Menjadikan doa cepat terkabul
Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)  

Saudara-saudara kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia.
Ada sebuah cerita, bahwasanya ulama besar Sufyan ats Tsauri sedang thawaf mengelilingi ka’bah dan melihat seseorang yang setiap kali mengangkat kaki dan menurunkannya senantiasa membaca shalawat atas nabi. Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah tinggalkan tasbih dan tahlil, sedang engkau hanya melakukan shalawat atas Nabi. Apakah ada bagimu landasan yang khusus? Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu. Sufyan menjawab: “Saya adalah sufyan ats tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya saya tidak akan memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku ini”.
Kemudian orang itu berkata kepada sufyan: “sewaktu saya mengerjakan haji bersama ayahku, dan ketika berada di dekat kepalanya ayahku meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu saya mengucapkan “innalillah wa inna ilahi rajiun” dan saya menutup mukanya dengan kain. Kemudian saya tertidur dan bermimpi, dimana saya melihat ada orang yang sangat tampan, sangat bersih dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih. Saat orang yang tampan itu akan pergi, lantas saya pegang pakaiannya sambil bertanya: “wahai hamba Allah siapakah engkau? Bagaimana lantaran kamu Allah menjadikan muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih di tempat yang istimewa ini?. Orang itu menjawab: “apakah kamu tidak mengenal aku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah yang membawa al-Quran. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku. Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku, maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”. Setelah itu saya terbangun dari tidur, dan saya lihat muka ayahku berubah menjadi putih. (Dari Kitab: Tanbihun Ghofilin, as-Samarqhondi, hal: 261)
Begitu dahsyatnya balasan shawalat terhadap Nabi Saw. sehingga bagi siapapun yang mengucapkannya akan melibatkan Allah, para malaikat dan Nabi Muhammad Saw langsung membalasnya, tidak cuma balasan pahala, imbalan atau keselamatan di akhirat, tetapi juga mendapat syafaat dari Nabi Muhammad Saw.
Orang yang mendengar shalawat atas nabi, tetapi tidak menjawabnya lalu ia meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari RahmatNya.
Sabda Nabi:
“Jibril datang kepadaku dan berkata: “wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapatkan bulan ramadhan namun ia tidak diampuni dosanya, lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah akan menjauhkan dari RahmatNya. Aku menjawab: “amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang masih bertemu dengan kedua orangtuanya atau salah satu diantaranya kemudian tidak berbuat baik pada orang tuanya, lalu mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku menjawab: “Amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang disebutkan namamu (muhammad) namun ia tidak membacakan shalawat lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku mengucapkan “Amin”. (HR. Ibnu Hibban).
Ucapkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, disaat kita senggang, disaat akan menggubah posisi kegiatan kita, disaat kapanpun, dimanapun selagi kita mampu. Dan bila ada yang mengucapkan shalawat:
اللهم صلى على محمد وعلى آل محمد
Maka kita menjawab:
اللهم صلى وسلم وبارك على محمد

Jangan lupakan shalawat, karena bila kita lupa berarti kita telah melupakan seseorang yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus yaitu Nabi Muhammad Saw. bila kita telah melupakan shalawat berarti kita telah melupakan dan keliru dari jalan yang seharusnya kita tempuh menuju sorga.
“barangsiapa yang lupa membaca shawalat atasku, berarti ia telah keliru dari jalan ke sorga” (HR. Ibnu majah)
Read more "DASYATNYA SHOLAWAT..."

10/22/2009

Menyikapi Setipa Musibah

Apabila musibah terjadi menimpa kita, maka kita harus segera mengambil sikap agar  beban menjadi ringan bahkan menjadi rahmat.

Pertama, apabila ditimpa musibah hendaknya kita membaca ‘innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun’ (”Sessungguhnya kita milik Allah dan kepadaNyalah kita akan dikembalikan” ). Allah Ta’ala berfirman,
“yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengucapkan  “innaalillaahi wa-innaa ilaihi raaji’un”. Rasulullah bersabda,  “Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu beristirjaa’ niscaya  Allah Ta’ala akan memberi ganjaran pada musibahnya dan akan  menggantikannya dengan yang lebih baik darinya”. (HR.Muslim)

Ucapan istirjaa’ mengandung pengertian bahwa diri kita, keluarga dan  harta benda adalah milik Allah Ta’ala. Ketika kita lahir, kita tidak memiliki apa-apa. Demikian pula sampai kita meninggal nanti kita tidak akan membawa apa-apa. Semua itu akan kita tinggalkan dan kita  tidak akan membawa sesuatu, kecuali amal shalih kita. Karena itu, persiapan diri adalah mutlak untuk menghadapi hari tersebut.


Kedua, hendaknya kita yakin dengan takdir Allah Ta’ala baik dan  buruknya. Ini penting, karena keyakinan dengan rukun iman yang keenam  ini akan meringankan beban kita. Iman kepada takdir memberi kita semacam ‘kekebalan dini’ dengan kesadaran sedalam-dalamnya bahwa  segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi itu telah tertulis  di lauh al-mahfuzh. Dengan demikian, apapun yang menimpa kita tetap berada di dalam bingkai kesadaran, sehingga musibah akan terasa lebih ringan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam do’anya yang terkenal,  “.anugrahkanlah pada kami keyakinan yang menjadikan musibah terasa ringan.”. (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim). 

Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Tiada satu bencanapun yang menimpa   di muka bumi dan tidak pula pada dirimu kecuali telah tertulis pada  kitab sebelum kami menciptakannya. Sunggguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput  dari kamu dan agar kamu tidak terlalu gembira dengan apa yang  diberikan Allah padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Al-Hadiid: 22-23)
Ketika ada hal-hal yang luput, mengalami penderitaan, menghadapi  kesulitan, kita tidak terlalu bersedih hati dan menjadikan kita  berprasangka buruk kepada Allah.


Ketiga,  hendaknya kita bersyukur karena musibah yang menimpa kita   tidaklah lebih besar dari yang menimpa orang lain. Begitu banyak orang  yang mendapatkan musibah jauh lebih mengenaskan daripada kita. Seberat  apapun musibah dunia yang menimpa kita, yakinlah masih ada lagi yang lebih berat. Tidak sedikit orang yang sebenarnya terkena musibah tapi  dia tidak menyadarinya, yakni’ tertimpa musibah dalam agamanya. Yang  mengherankan adalah tidak sedikit orang terjatuh pada musibah agama  (musibah diniyah), namun ia sedikitpun tidak merasa sedih. Terjatuh  pada perzinahan, makan riba, membunuh jiwa yang tidak halal, pergi ke  dukun atau tukang ramal dan membenarkannya adalah di antara musibah  diniyah, bahkan yang terakhir bisa menggelincirkan pelakunya dari  Islam.. Itulah sebabnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  mengajarkan kita sebuah do’a agar kita tidak terjerumus musibah ini.
Dalam do’anya beliau bersabda, “Ya Allah jangan engkau jadikan musibah  kami dalam agama kami”. (HR. Tirmidzi dan Hakim)


Keempat, hendaknya kita sedapat mungkin tidak berkeluh kesah,  menggerutu atas musibah yang melanda kita. Sebab itu semua tidak akan  mengembalikan apa yang telah hilang. Berkeluh kesah juga menunjukkan seseorang tidak ridha dengan takdir Allah Ta’ala. Bagi mereka yang  menjaga shalatnya, menjaga  kehormatannya, menunaikan zakat, beriman kepada Allah Ta’ala dan Hari Kemudian, maka tidak akan berkeluh kesah.  Mengeluh kepada manusia juga tidak tidak memberi banyak manfaat, karena bisa menodai kesabaran dan keridhaan. Para salafus shalih jika mereka ditimpa musibah sekecil apapun, ia langsung mengeluhkannya kepada Allah. Bahkan di antara mereka ada yang mengeluh kepada Allah karena tali sendalnya putus. Kalau musibah mereka tergolong berat, seperti kematian anak, orang tua, kerabat dan lain-lain mereka berusaha menyembunyikannya dan tidak mengabarkannya kecuali untuk  urusan memandikan, menshalatkan, dan menguburkannya.

Kelima, kita harus yakin bahwa apa yang menimpa jika kita sabar dan  ridha, maka Allah Ta’ala pasti memberikan gantinya. Allah Ta’ala akan     memberi kenikmatan, berkah, kelezatan, kebaikan yang berlipat ganda.    Bahkan musibah yang melanda akan menghapuskan dosa-dosa dan akan  menyucikan jiwa-jiwa kita. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Mereka   itulah yang akan mendapatkan shalawat dari Tuhannya, rahmat dan mereka  itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” . (QS. al-Baqarah: 157).

Semoga kita menyikapi setiap bencana yang menimpa kita dengan baik dan   benar. Sabar dan ridho serta selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala, insya  Allah kita akan mendapatkan kelezatan iman.


Oleh : Fariq bin Gazim Anuz
Sumber : Hikmah dibalik Musibah (Risalah untuk orang-orang yang tertimpa
musibah dan dirindung duka).


Read more "Menyikapi Setipa Musibah..."

10/13/2009

SHOLAT KHUSU

Ada satu hal keunikan dari buku karya Abu Sangkan yaitu diadakan juga pelatihan shalat Khusyu, baik yang sifatnya gratis maupun pelatihan bernilai jutaan karena diselenggarakan di hotel untuk membidik segmen pasar tertentu.
 
Orang yang shalatnya sangat baik disamping mempengaruhi kesehatan, seperti yang di teliti oleh Prof DR. H. Muhammad Shaleh ketika meraih gelar doktornya, juga ada hal yang luar biasa yaitu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Kisah Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw dengan membawa oleh-oleh perintah shalat, bisa menyadarkan kita bahwa selama ini banyak diantara kita sudah mendalami dan kursus aneka keilmuan, namun belum sungguh-sungguh mengikuti kajian dan praktek yang dapat meningkatkan shalat Khusyu kita.

Makalah ini membahas kandungan buku Pelatihan Shalat Khusyu’: Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam, karya Abu Sangkan. Sebenarnya bukan kapasitas saya untuk membahas materi yang menurut saya sangat berat ini, mengingat keterbatasan ilmu dan wawasan yang saya miliki. Sedangkan masalah sholat yang khusyu’ lebih merupakan pengalaman ruhani dari setiap individu. Bisa jadi baru sebagian kecil materi yang dapat saya sarikan dari buku yang menjadi best seller tersebut. Oleh karena ini dengan segala kerendahan hati, mohon saya dibukakan pintu maaf atas segala kekurangan dalam penyampaiannya, tidak lupa mohon koreksi bila ada kesalahan kalimat maupun pengutipan ayat Quran dan hadits.

Shalat khusyu’ itu mudah dan sangat nikmat

Satu prinsip utama dalam kiat buku itu adalah, jangan ‘mencari’ khusyu’, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyu’ itu, karena khusyu’ bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh Allah sebagai hadiah nikmat kita menemuiNya.

Bersikap rileks menyiapkan diri kita untuk siap ‘menerima’ karunia khusyu’, karena khusyu’ itu diberi bukan kita ciptakan.

Kepala hingga pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang ujungnya dari atas. Berat badan mengumpul di kaki yang kemudian serasa keluar akarnya, mengakar ke bumi. Berdiri santai, senyaman kita berdiri. Abu Sangkan menggambarkan laksana pohon cemara, meluruh atasnya, kokoh akarnya sehingga luwes tertiup angin namun tak roboh.

Lalu mulai bertakbir, Allahu Akbar, dan selanjutnya membaca dengan pelan-pelan, meresapi kesendirian dan berusaha menangkap kehadiran Tuhan yang sesungguhnya amat dekat dengan kita, namun kita tumpul untuk merasakannya. Kita sedang menemuiNya sekarang. Kita, ruh kita tepatnya. Badan fisik ini hanyalah alat yang mengantar ruh ini berjumpa kembali dengan yang dicintainya, ialah Allah yang meniupkan ruh ini dahulu ke dalam badan fisik.

Pernahkah kita sholat di belakang imam yang ‘ngebut’ sholatnya? Jawabannya bisa jadi pernah, dan apa yang kita rasakan? Mungkin saja kita kesal. Baru mau selesai Al Fatihah, eh dia sudah ruku’, mau ruku’ eh dia sudah berdiri I’tidal, dan seterusnya. Kita kesal karena irama kecepatan sholat dengan imam berbeda.

Ternyata demikian halnya dengan sholat kita sendiri. Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini sholat pula ruh kita. Ruh inilah yang benar-benar ingin sholat -kembali menemui Tuhannya- sementara badan fisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita ini sesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma’ninah. Sayangnya badan kita ‘ngebut’, jadilah ruh kita itu jengkel sejengkel-jengkelnya karena selalu ketinggalan gerakan badan. Maka tips sederhana dari buku itu adalah jika ruku’, tunggu, tunggu hingga ruh ikut mantap dalam ruku’ itu. Saat I’tidal, tunggu, tunggu hingga ruh mu ikut mantap I’tidal. Demikian pula saat sujud, duduk antara dua sujud, juga duduk tasyahud. Tunggu, tunggu hingg ruh mu ikut sujud, ikut duduk, ikut tasyahud.

Berikan kesempatan ruh kita -sebut saja “aku” yang sejati- untuk mengambil sikap sholatnya. Dia agak lamban, namun sholat ini utamanya untuk ‘aku” kita itu, bukan untuk badan fisik kita.

Esensi sholat adalah doa, berdialog dengan Allah secara langsung.

Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta, dan semua apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawabnya langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan,  maka  dia  tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah  itu.

Shalat, Titik Awal Menuju Kebangkitan

Shalat tak sekadar hubungan pribadi antara manusia dan Allah. Shalat mengandung dimensi yang sangat luas. Shalat yang khusyuk tak hanya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga dapat menjadi daya dorong untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang tertib, saling menolong, senang bekerja keras, dan saling mengingatkan di dalam kebaikan.

Sedikit Pemikiran Tentang Khusyu’

Khusyu’ dalam shalat adalah impian setiap Muslim. Keadaan semacam ini telah banyak diceritakan dalam kisah-kisah inspiratif dari masa lampau yang mengundang decak kagum. Sebutlah misalnya tentang seorang sahabat Rasulullah saw. yang tubuhnya tertembus panah, kemudian ia minta agar panah tersebut dicabut ketika ia sedang shalat saja. Ketika anak panah itu dicabut, ia seolah tidak merasakan sakit sama sekali lantaran khusyu’ dalam shalatnya.

Gerangan kondisi semacam apakah khusyu’ itu sebenarnya? Apakah khusyu’ itu berarti tidak memikirkan apa pun selain shalat? Apakah kita seharusnya tidak mempedulikan hal-hal duniawi ketika shalat?

Anggapan bahwa orang yang shalat dengan khusyu’ hanya memfokuskan pikirannya pada satu kegiatan (yaitu shalat) agaknya malah terbantahkan dengan berbagai teladan yang dilakukan sendiri oleh Rasulullah saw. Beliau bahkan pernah melakukan shalat sambil mengasuh anaknya. Ketika berdiri, anak itu digendongnya, dan ketika ruku’ atau sujud, anak itu pun diturunkannya. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa beliau telah membagi pikirannya ketika shalat. Di lain pihak, kita tidak mungkin menuduh Rasulullah saw. telah melaksanakan shalat dengan tidak khusyu’. Kalau beliau saja tidak khusyu’, lalu siapa yang bisa melakukannya?

Di lain kesempatan, Rasulullah saw. juga pernah mempersingkat shalat berjamaah yang dipimpinnya karena mendengar tangisan seorang anak. Beliau mempersingkat shalat karena sadar bahwa sang ibu pastilah merasa khawatir karena mendengar tangisan anaknya. Artinya, beliau sempat berpikir dan membuat keputusan penting ketika sedang melakukan shalat. Sekali lagi, Rasulullah saw. adalah contoh terbaik dalam hal shalat khusyu’. Hal ini tidak bisa dibantah oleh siapa pun.

Jadi, bagaimanakah khusyu’ itu sebenarnya?

Memusatkan pikiran kepada satu hal dalam shalat agaknya tidaklah dimungkinkan. Shalat itu sendiri terdiri dari berbagai gerakan dan bacaan. Kita harus mengendalikan ucapan kita, membaca doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur’an menurut aturan tertentu, dan hal itu pasti menuntut pembagian konsentrasi. Demikian pula pengaturan gerakan pastilah memerlukan kesadaran yang cukup. Jika kita melepaskan kesadaran dalam segala hal, maka barangkali shalat kita akan tampak seperti tari-tarian orang yang menelan ekstasi atau orang yang sedang kesurupan. Tapi shalat tidak seperti demikian. Shalat adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan secara teratur dengan penuh kesadaran.

Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya shalat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menjumpai Rabb mereka dan sesungguhnya mereka akan kembali kepada-Nya. (Q.S. al-Baqarah [2] : 45 – 46)

Allah SWT sendiri mengatakan bahwa shalat itu berat (yang artinya memang seharusnya kita merasa bahwa shalat itu adalah suatu ibadah yang cukup kompleks). Pada ayat ke-45 di atas, Allah menegaskan bahwa hanya orang-orang yang khusyu’ sajalah yang bisa mendapatkan manfaat terbesar dalam shalat. Ayat selanjutnya memberi kita informasi yang kita butuhkan untuk memahami makna khusyu’ yang sebenarnya.

Cukup sederhana, ternyata. Mereka yang khusyu’ ditandai oleh sebuah sifat : yakin bahwa dirinya akan menjumpai Allah (dalam shalat) dan suatu hari nanti akan kembali kepada-Nya. Sederhana, tapi bukan perkara yang mudah.

Hal ini kemudian membawa kita pada berbagai konsekuensi. Barangkali perlu dibuat berjilid-jilid buku untuk menjabarkan keseluruhan konsekuensi dari khusyu’ tersebut. Yang jelas, mereka yang khusyu’ ditandai oleh sikap khidmatnya yang luar biasa ketika sedang melaksanakan shalat, karena mereka yakin bahwa mereka tengah ‘berjumpa’ dengan Rabb-nya, yaitu Dzat yang memiliki dirinya dan menjadi satu-satunya tempat kembali untuknya kelak. Tentu saja masih banyak sikap lainnya yang akan muncul di luar shalat sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, namun itu masalah lain lagi.

Sekarang kita telah memiliki sedikit gambaran mengenai sikap khusyu’ dalam shalat. Konkretnya, kita harus meyakini bahwa ketika shalat kita sedang menghadap Allah SWT, bukan yang lain. Dengan demikian, kita harus mengatur setiap ucapan dan gerakan kita.

Sebagai perbandingan, anggaplah Anda sedang berbincang-bincang dengan seorang ulama yang paling Anda hormati. Bagaimanakah sikap Anda? Tentu Anda akan mengatur ucapan Anda, khawatir kalau-kalau Anda akan memberikan kesan buruk di hadapannya. Setiap kata yang mengalir dari mulut akan dipilih baik-baik dan diusahakan terucap dengan sejelas mungkin. Tidak terburu-buru, tapi juga tidak terlalu lambat.

Bagaimana dengan bahasa tubuh Anda? Tentu saja Anda tidak akan bergerak serampangan. Anda tidak akan mengobrol dengannya sekedar basa-basi. Anda tentu akan berbincang-bincang dengan sangat serius dan tidak membuat gerakan yang tidak perlu. Anda tidak akan menggaruk-garuk ketiak di hadapan seseorang yang amat dihormati, bukan?

Sekarang refleksikanlah sikap tersebut dengan shalat Anda! Tentu saja Allah SWT jauh lebih mulia daripada ulama mana pun, bahkan Dia-lah Yang Maha Mulia, tidak ada bandingannya dengan apa pun. Jika kita mengatur ucapan dan gerak-gerik kita di hadapan seorang ulama, lebih-lebih lagi di hadapan Allah!

Kita berdiri tegak untuk shalat dengan postur yang sempurna layaknya prajurit yang akan melaksanakan upacara bendera. Kita bersiap untuk melakukan sesuatu yang amat formal. Ketika akan bertemu Allah SWT, tentu saja kita dituntut untuk mengatur sikap. Kita menundukkan wajah kita, menatap ke arah sujud karena rasa takut dan khidmat kepada Allah. Kehadiran-Nya bisa dirasakan di seluruh ruangan, bahkan seluruh alam berkhidmat kepada-Nya.

Kemudian mulailah kita mengangkat tangan untuk takbiratul ihram. Tidak perlu terburu-buru, tidak perlu dilambat-lambatkan. Gunakanlah waktu secukupnya untuk tetap merasakan kehadiran-Nya. Setelah itu, mulailah membaca surah Al-Fatihah dan seterusnya dengan tertib. Tidak boleh ada kata yang salah terucap, huruf yang tidak jelas makhraj-nya, kalimat yang tidak jelas maknanya, bacaan yang kita tidak mengerti maksudnya, dan penuturannya pun harus terlantun dengan indah bagaikan lagu. Kita tengah berhadapan dengan Allah.

Setelah selesai membaca Al-Fatihah dan beberapa ayat tambahan, maka kita mulai melakukan ruku’. Gerakan ini tidak dimulai jika bacaan kita belum selesai. Sebaliknya, bacaan ruku’ pun tidak dilakukan sebelum kita benar-benar sampai pada posisi akhir ruku’ tersebut. Segalanya harus tertib dan formal. Di hadapan kita ada Allah Yang Maha Melihat.

Selanjutnya, setiap gerakan dan bacaan harus dilakukan dengan tertib, tidak saling mengejar dan memburu. Selesaikan sebuah gerakan, baru membaca doa. Selesaikan doa, baru melakukan gerakan berikutnya. Tidak boleh ada overlap dalam sebuah ibadah formal. Ini tidak main-main. Demikian seterusnya hingga akhirnya kita mengucapkan salam sebagai tanda selesainya ibadah shalat. Setiap rukun shalat harus ditunaikan sebaik mungkin, serapi mungkin, dan tertib.

Barangkali sahabat yang tertusuk anak panah tadi juga merasa sakit ketika anak panah itu dicabut dari tubuhnya ketika shalat. Hanya saja, ia begitu merasa takut di hadapan Allah dan berusaha sedemikian kerasnya untuk bersikap tertib ketika shalat. Ia tidak berani untuk sekedar mengaduh atau meringis kesakitan. Ia tahu persis bahwa shalat adalah ibadah yang bukan main-main. Ini ibadah serius.

Semoga artikel ini bisa membantu atau sedikitnya memberikan pencerahan pada yang membaca.


Sumber

1. Masrukhul Amri. Shalat Khusyu. http://www.cybermq.com/cybermq/detail_kolom.php?id=98&noid=1 (diakses 16/10/06).
2. Khoirul Ummah. Shalat khusyu’ itu mudah dan saaangat nikmat. http://khairulu.blogsome.com/2005/10/26/shalat-khusyu-itu-mudah-dan-saaangat-nikmat/ (diakses 16/10/06).
3. Abu Sangkan. Simulasikan Blocking Mental. http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=3097 (diakses 16/10/06).
4. Shalat, Titik Awal Menuju Kebangkitan. http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=174272&kat_id=105&kat_id1=147 (diakses 16/10/06).
5. Sedikit Pemikiran Tentang Khusyu’. http://akmal.multiply.com/journal/item/168 (diakses 16/10/06).
6. Abu Sangkan. Pelatihan Shalat Khusyu’: Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam. Shalat Center dan Baitul Ihsan. Read more "SHOLAT KHUSU..."

10/07/2009

ARTI SYUKUR

SERINGKALI kita mendengar kata syukur. Namun banyak orang tidak tahu apa arti syukur, apalagi hakikatnya. Bersyukur kepada Allah adalah bentuk serah diri manusia kepada sang pencipta. Karunia atau nikmat yang telah diberikan Allah begitu banyak. Di antaranya bisa hidup dengan tubuh dan jiwa yang sehat, makan dan minum, bisa mengenyam pendidikan, dan bisa mendapatkan berbagai kenikmatan dunia lainnya.
"Termasuk wajib bersyukur menjadi seorang muslim. Menjadi muslim itu kebanggaan tersendiri dan tentu saja anugerah terindah yang kita miliki. Tak bisa ditukar dengan apa pun. Itu sebabnya, mari kita bersyukur,"

Setiap orang pasti merindukan hidup bahagia, baik dan benar. Ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa dan aksesoris duniawi lainnya bukanlah satu jaminan untuk mendatangkan kemuliaan, ketenteraman, kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup. "Oleh karena itu manusia harus mengenal kunci bersyukur, salah satu jalan menuju kebahagiaan,"
Yang pertama, manusia tidak merasa memiliki dan dimiliki kecuali meyakini segalanya milik Allah. Tiap manusia harus paham bahwa ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa serta aksesoris duniawi lainnya adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

"Maka, keyakinan bahwa segalanya hanya milik Allah adalah kunci yang sangat luar biasa dampaknya bagi kenyamanan dan kebahagiaan hidup. Apa pun, bila telah yakin, tak akan membuat seseorang jadi sombong dan takabur.

Yang kedua adalah selalu memuji Allah dalam segala kondisi. Lisan manusia harus terbiasa mengucapkan syukur. "Pujian yang selayaknya ditujukan kepada Allah dalam segala kondisi, baik senang maupun susah,".

Yang ketiga, menggunakan nikmat Allah sebagai jalan kesuksesan dunia dan akhirat. "Nikmat adalah kendaraan di jalan Allah. Segala sesuatu kelebihan yang kita miliki seharusnya makin mendekatkan diri kita kepada Allah,"

Yang keempat adalah tahu balas budi dan berterima kasih kepada orang lain. Hal tersebut bisa dilihat dalam sabda Nabi Muhammad; "Barang siapa yang telah berbuat kebaikan kepada kalian, maka hendaklah kalian membalasnya, jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdoalah buatnya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab Allah Tuhan Yang Maha Kuasa tahu berterima kasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur".

Seseorang bisa pintar, kaya dan maju adalah karena jasa orang lain. Ingatlah jasa orang-orang tersebut. Begitu banyak tangan-tangan di luar diri kita pribadi yang berjasa mengantar kita memiliki segalanya. "Sebuah kekeliruan dan kesombongan besar jika kita menyangka bahwa semua yang telah didapat itu adalah hasil dari tangan kita sendiri. Read more "ARTI SYUKUR..."

9/28/2009

Menyiapkan Diri Untuk SUKSES

Menyiapkan Diri Untuk SUKSES…
December 9, 2008 by wuryanano

Anda tentu sudah paham, bahwa sukses itu butuh persiapan. Tidak ada kesuksesan tanpa persiapan sebelumnya. Oleh karena itu, Anda memang harus menyiapkan diri Anda untuk suatu keberhasilan atau kesuksesan. Ini ada hubungannya dengan SIKAP dan HARAPAN, dan bisa jadi merupakan salah satu faktor paling penting dan menentukan, apakah seseorang bisa berhasil atau tidak.
Jika Anda menyiapkan segala sesuatunya untuk keberhasilan, maka Anda akan melakukan semua yang dapat Anda lakukan untuk mencapai GOAL atau tujuan akhir Anda. Dengan kata lain, Anda melakukan sesuai keinginan Anda dengan cara melakukan apa saja yang dapat Anda lakukan secara sadar, untuk menyiapkan diri Anda bagi suatu keberhasilan atau kesuksesan. Anda berencana, Anda bersiap-siap, dan Anda bekerja!
Satu hal penting untuk Anda ketahui adalah, Anda juga harus mencurahkan segenap pikiran Anda untuk MENGHARAPKAN KEBERHASILAN. Ada tiga hal utama yang sangat dibutuhkan oleh pikiran untuk mau menerima keberhasilan, dan itu harus Anda siapkan, yaitu:
1. Keyakinan, Anda harus yakin pada kemampuan diri sendiri 100%. Percayalah pada diri Anda sendiri sepenuhnya.
2. Tekad Bulat, Anda harus punya tekad 100% pantang menyerah untuk mencapai keberhasilan.
3. Harapan Positif, Anda harus berharap dengan kuat untuk berhasil.
Ketiga hal di atas tersebut akan membentuk ENERGI POSITIF sangat kuat, yang secara signifikan membantu Anda mencapai keberhasilan atau kesuksesan yang Anda impikan. Oleh sebab itu, pada saat Anda menentukan GOAL atau tujuan akhir Anda, jangan lupa untuk memasukkan ketiga hal utama tadi di dalam prosesnya.
Ketika Anda sudah punya keyakinan diri 100%, tekad bulat, dan berharap kuat untuk berhasil, maka pikiran Anda menetapkan motivasi diri Anda untuk bekerja menuju keberhasilan tersebut…pikiran Anda akan memberi energi segar luar biasa prima dengan memunculkan kreativitas, ide-ide baru, dan menggerakkan Anda untuk bertindak, bahkan itu seringkali tidak Anda sadari. Spektakuler! Itulah yang akan terjadi jika Anda menyiapkan diri untuk sukses! Read more "Menyiapkan Diri Untuk SUKSES..."
 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Saefulloh Marjan Family | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks